Sabtu, 26 Oktober 2013

Browni: Arti Yang Tidak Disadari

Sering sebel kalau kebangun karena gonggongan cemprengnya.
Suka berujar "ih apa deh heboh sendiri. lebaaaay!".
Sering marah-marahin kalau kandang penuh kotoran yg belepotan terinjak-injak.
Sering buka pintu sambil penuh tanya 'ada apa sih? kok lewat tengah malam gini berisik?'

Malam ini sunyi. Saking sunyinya hingga mendengar suara serangga malam, entah apa jenisnya, padahal malam-malam sebelumnya jarang sadar ada suara ini.

Sore ini saya merelakan Browni dipelihara orang lain, seorang teman di kawasan Jakarta Utara. Setelah bercerita singkat, memberi wejangan, tips mengenai kebiasaannya tersadar udah banyak banget kenangan yang tertumpuk, jarang saya bicarakan pada siapa pun.

Alergi pada dogfood tertentu, galak pada pria, pola manjanya saat dipangku ataupun digendong, pengalaman ditemani saat sakit dan sendirian di kosan dengan hanya duduk manis dengan tubuh dan pandangan tertuju pada saya yang tergeletak di atas tempat tidur, kebiasaannya yang garuk-garuk pintu menandakan ingin keluar sekedar pipis atau pup, merengek menangis bila dikandangi dan diletakkan di pojokan ruangan dan baru akan berhenti bila melihat saya kemudian akan tertidur dengan sendirinya, ingatan bahwa hewan apa pun dengan ukuran tubuh berbanding berapa pun dengannya tanpa gentar akan dilawan bahkan seekor pitbull. hahhhh..yasudahlah..pemiliknya sekarang akan lebih bisa beri waktu dan perhatian dibanding keadaannya beberapa bulan belakangan ini.

Semenjak bekerja, saya akui cukup kewalahan merawat memelihara tiga anjing: anjing big size, anjing medium size dan small size yaitu Browni. Seringkali saya sengaja tidak melepasnya keluar kandang padahal dua anjing lainnya saya lepas di halaman untuk mereka bermain, berlarian. Saya punya alasan untuk tindakan saya ini. Biasanya saya melepaskan anjing-anjing sambil saya membersihkan kandang, termasuk kandang Browni yg terpisah sendiri oleh dua anjing lainnya. Ukuran Browni yang mungil sering membuat dia dengan bebas lari menerobos keluar pagar melewati selanya yang seukuran tubuhnya. Satu hal yang saya cemaskan bila dia bermain di luar pagar: tertabrak kendaraan yang tidak melihatnya melintas. Dan betul kecemasan ini. Pernah satu hari pulang kerja saya mendapati dia berjalan pincang. Rupanya sore itu dia dilepas bebas tanpa pengawasan. Kasian melihatnya ditambah dengan ekspresi penuh dramanya.

Sore sepulang bertemu dengan teman tadi, sempat mencoba menghiraukan perasaan kehilangan. Cuma suara serangga atau pun cicak di malam ini terasa lebih mengusik dari gonggongan Browni. Sempat terlintas pikiran menjemput kembali tapi ego tidak melulu harus dituruti. Kalau Browni kembali ke sini, dia akan kembali di kondisi yang kurang diperhatikan.

Sempat menasehati, "Paling beberapa jam atau beberapa hari dia akan terlihat bingung sebagai tahap penyesuaian". Malam ini tersadar ternyata saya bicara untuk diri sendiri. Saya kembali harus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi baru, kondisi tanpa gonggongan cempreng Browni.

Terima kasih ya, Browni. Atas segala pelajaran mengenai dedikasi, komitmen, dan perhatian. Atas waktu dan kejadian yang memberi banyak arti yang tidak disadari saat masih ada dan tersadar saat sudah tidak ada. Sampai jumpa, Browni. Kapan-kapan ku kan menjengukmu. Pasti.

2 komentar: