Sudah berminggu-minggu punya rencana ke
Sukabumi mengunjungi Nisty, teman dekat
kuliah yang baru melahirkan, akhirnya terealisasikan hari sabtu tanggal 19
Oktober 2013 lalu. Perjalanan kali ini saya ditemani teman kuliah yang bekerja
di Jakarta. Teman saya seorang perempuan bernama Putri yang biasa kami
sebut Owek.
Pukul 08.20 WIB kami memulai perjalanan
dari Stasiun Tebet menuju Stasiun Bogor dengan tarif tiket Rp.9.000 sudah
termasuk biaya jaminan kartu seharga Rp.5.000. Kami tiba di Stasiun Bogor pukul
09.30 WIB dengan perut keroncongan karena tanpa janjian kami sama-sama belum
sarapan. Kemudian kami memutuskan untuk rehat sejenak untuk makan dengan menu
apa pun yang ada di luar stasiun. Jika keluar melalui pintu keluar yang lama,
kita akan temui banyak pedagang berjejeran di luar pagar stasiun. Dari makanan
hingga perlengkapan rumah tangga. Dari sekedar kudapan pisang goreng, tahu
sumedang hingga soto mie khas bogor. Dari pedagang bermodal alas plastik saja,
bakul, gerobak, hingga ruko yang berjejer rapi.
Pilihan kami jatuh pada soto mie yang
berada di jejeran ruko. Menu utamanya adalah soto mie dan soto santan. Semula
kami bingung dengan menu tersebut karena bagi kami dua menu tersebut tampak
sama saja. Sama-sama soto. Setelah dijelaskan oleh penjual, ternyata soto mie
adalah menu soto dengan tambahan menggunakan mie namun kuah kaldu dimasak tanpa
santan. Sedangkan soto santan adalah menu soto tanpa tambahan mie dengan kuah
kaldu dimasak menggunakan santan. Dua menu tersebut seharga Rp.12.000 sudah
dengan satu porsi nasi putih. Akhirnya kami sama-sama memesan soto mie untuk
menghindari santan yang dapat menyebabkan kolesterol yang tinggi.
Setelah terkenyangkan oleh seporsi soto,
kami melanjutkan perjalanan berikutnya dengan naik angkutan kecil yang berjejer
rapi di luar stasiun. Kami menaiki angkutan dengan nomer 03 yang menuju
Terminal Baranang Siang dengan tarif seharga Rp.3.000. Tarif itu adalah hasil
terkaan logika kami saja karena sebenarnya kami kurang tahu tarif sebenarnya.
Sesampai di Terminal Baranang Siang, kami menyambung kendaraan dengan mobil
L300 yang biasa disebut dengan bis kol. Tidak perlu masuk dalam kawasan
terminal, bis kol sudah parkir berjejer di seberang terminal dan sudah banyak
joki angkutan yang akan menawari dengan penuh semangat. Awalnya kami mencoba
memilih angkutan yang sudah ditumpangi cukup banyak penumpang dengan harapan
bis tersebut akan langsung berangkat. Hanya saja kami sudah “tertangkap” oleh
joki angkutan yang menggiring kami pada bis yang dijokinya. Bis itu baru terisi
oleh dua ibu paruh baya yang tampaknya baru pulang belanja. Akhirnya tanpa daya
melawan, kami pun naik bis tersebut. Tarif kami pada waktu itu dikenai
Rp.18.000. Kata teman kami, tarifnya memang sekitar Rp.18.000-Rp.20.000 di
akhir pekan. Jika di hari biasa bisa hanya sekitar Rp.15.000. Cuma ketika saya
kembali ke Jakarta pada hari selasa, saya justru dikenai ongkos Rp.20.000. Saya
masih kurang mengerti dasar supir menetapkan tarif ini.
Bis kol akhirnya berangkat pukul 10.52 WIB
dari Terminal Baranang Siang, Bogor menuju Sukabumi. Setelah melewati Ciawi,
bis melaju dengan sungguh cepat. Rasa-rasanya kecepatan menyamai pembalap
internasional yang sedang berlaga di Moto GP F1! Ditambah kecepatan tersebut
dilakukan pada jalur yang cukup sempit (hanya cukup dua mobil yang
berdekatan!), naik turun dan penuh belokan seperti jalur nagrek. Untung saja
jalur ini tidak ada jurangnya ataupun tebing. Jika ada, entah apa yang akan
saya alami. Fiuhh.. membayangkan saja sudah membuat saya berkeringat! Ahahahhaha..
Daripada saya menyaksikan kengerian yang membuat saya berpikir negatif sang
supir akan menabrak, saya memutuskan untuk tidur saja.
Setelah satu jam lebih, tidur saya
terbangunkan oleh sang supir yang meminta kami pindah ke bis lain yang sudah
diberhentikan. Ternyata bis yang tadi kami tumpangi mengalami ban bocor
sehingga kami dioper ke bis yang memiliki tujuan yang sama. Bis itu sudah
dipadati oleh penumpang sebelumnya dan ditambah dengan penumpang dari bis kami
membuat bis sungguh penuh. Kami kedapatan kursi di samping pak supir padahal
sudah ada seorang perempuan yang menempati kursi depan. Mau tidak mau, dan
mesti dimuat-muati akhirnya sang supir ditemani oleh 3 perempuan di sampingnya.
Ya, kursi depan yang semestinya ditempati dua orang sudah termasuk supir, saat
itu kursi depan ditempati oleh empat orang sekaligus! Perjuangan yang cukup
berat untuk mengunjungi seorang teman lama dan keinginan melihat ponakan yang
baru.
Kami bukan saja harus bertahan desakan
berempat di kursi depan, tapi kami pun sungguh-sungguh harus bertahan melihat
pemandangan di depan kami! Ganti bis ternyata tidak mengganti gaya menyupir
kendaraan. Sang supir juga berkendara dengan kebut-kebutan dan kali ini kami
mesti menyaksikan betapa kencangnya bis kami dan betapa dekatnya jarak bis
dengan kendaraan di depan kami! Owek sampai menggenggam erat lengan saya saking terkejut
dan dicampur takut menabrak. Keadaan seperti itu kami alami selama hampir dua
jam hingga akhirnya kamu sampai di Terminal Sukabumi yang berada di Jalan
Sudirman pada pukul 14.09 WIB. Begitu turun saya langsung menghela napas
sedalam dan sepanjangnya, menandakan betapa leganya saya telah tiba di Sukabumi
dengan selamat! Kalau Owek, setelah turun dia mengucap “Ya Allah, Nistiiiiii..
Perjuangan men 'ngunjungi koe..” dengan ekspresi yang
saya bingung deskripsikan antara kelegaan penuh syukur, penyesalan atau
ketakutan. Ahahahaha..
Saya menyebut perjalanan kali ini adalah
sebuah perjalanan persahabatan yang membuat kami menjalani sebuah
perjuangan yang tak mudah demi sebuah persahabatan dan memiliki pemaknaan yang
luar biasa terhadap arti sebuah pertemuan. Perjuangan dimana jarak kami
hanyalah dipisahkan oleh satu batas propinsi antara propinsi DKI Jakarta dengan
Propinsi Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar